Bioskop Indonesia rasanya sudah cukup lama tidak menayangkan film horor Hollywood yang cukup menegangkan. Kali ini bioskop Indonesia bakal memanjakan kembali para penggemar film Horor di Indonesia. Apakah hantu benar-benar ada? hal itulah yang menjadi pertanyaan dari Edith Cushing sedari kecil. Akan tetapi pertanyaan itu berubah saat dirinya harus merelakan untuk melepas sang ibunda yang meninggal akibat menderita sakit kolera hitam.
Penyakit yang merenggut nyawa sang bunda menyebabkan ia tak dapat melihat sang ibu untuk terakhir kali, tidak ada kalimat perpisahan, tidak ada kecupan terakhir kalinya. Tapi belum 24 jam sang ibu pergi, “ia” datang menemui Edith dalam kegelapan malam memberikan sebuah peringatan yang tak dipahami Edith, setidaknya sampai saat itu. Tumbuh besar dengan didikan tunggal dari sang ayah, Edith dewasa (Mia Wasikowska) menjadi seorang wanita cantik dan memiliki minat yang besar menulis fiksi horror.
Ia memimpikan dapat tinggal di istana bangsawan Eropa, walaupun ayahnya adalah seorang pengusaha sukses di New York kala itu. Hingga suatu hari, seorang pria Inggris datang dan bertemu Edith. Pria itu adalah keturunan bangsawan dengan gelar Baronet, Sir Thomas Sharpe (Tom Hiddleston). Thomas datang bersama kakaknya, Lady Lucille Sharpe (Jessica Chastain) dari Inggris untuk mencari investor di New York, yang mana adalah ayah Edith, Carter Cushing (Jim Beaver).
Dalam perjalanan mencari investasi untuk pertambangan miliknya, Thomas jatuh cinta dengan Edith. Menghadapi kisah cinta yang tak direstui oleh Tuan Cushing, Thomas sempat ingin pergi. Namun kematian Cushing akibat dibunuh membuat Thomas bertahan dan melamar Edith untuk diboyong ke Inggris. Edith pun bahagia berpijak di tanah Sang Ratu.
Melihat rumah Thomas yang bak istana membuat impian masa kecil Edith membumbung tinggi. Namun ternyata mimpi indah itu akan menjadi mimpi buruk yang tak pernah ia sangka sebelumnya. “Tapi hantu itu memang ada, mereka terikat di satu tempat, atau bangunan, karena kenangan, tragedi mengerikan, emosi ataupun cinta, tetapi yang pasti, mereka ada,” kata Edith.
Guillermo del Toro terkenal dengan imajinasi horornya yang berbalut kisah bak dongeng, dan Crimson Peak menggambarkan itu semua. Del Toro yang berperan sebagai sutradara, penulis, dan produser, tak tanggung-tanggung dalam menggarap film ini. Ia memasukkan horror thriller yang berbumbu masalah kejiwaan dalam sebuah keluarga dengan sangat apik.
Sutradara keturunan Meksiko ini pun tak ketinggalan memasukkan jenis-jenis hantu yang mungkin terinspirasi dari kecacatan karakter favoritnya seperti di Frankenstein dan The Thing (1982). Namun yang membuat film ini mengerikan bukanlah cara penggambaran Del Toro akan sosok hantu, melainkan lebih dari itu, masalah tragedi keluarga yang sanggup membuat penonton bergidik dan ketakutan melihat aksi “sakit jiwa” dalam film ini.
Latar kisah yang terjadi pada abad ke-19 menjadikan Crimson Peak menjadi semakin menarik. Namun alih-alih sebagai riasan yang mempercantik, Del Toro justru memanfaatkannya sebagai elemen penguat teror sepanjang film. Tapi tampaknya Del Torro terlalu bersemangat dalam menggambarkan imaji horrornya hingga melupakan intrik dalam cerita Crimson Peak.
Konflik yang tersaji membuat penonton dengan mudah menebak dari pertengahan film tentang “kegilaan” yang terjadi antara para tokoh, walaupun tak menyangka dalam bentuk adegan. Film yang sudah dirilis secara global pada 16 Oktober ini tampaknya menjadi imaji tergelap Del Toro yang memiliki obsesi dengan dark fantasy, monster, gotik, namun masih berbalut dengan romantisme jaman pertengahan.
via hariandepok
via hariandepok
Labels:
Film
Thanks for reading Film “Crimson Peak”, Kisah Rumah Tua Horor Yang Penuh Misteri. Please share...!