Upacara adat pembersihan desa atau mecaru dilakukan segenap warga yang tinggal di sekitar rumah almarhumah Angeline tinggal, di Jl. Sedap Malam, Lingkungan Kebon Kuri, Desa Pekraman Kesiman, Denpasar. Ritual pembersihan desa ini disebut pula dengan sembahyang Pemlepeh Caru Panca Sata. Ada sejumlah peristiwa mistis saat ritual ini berlangsung.
Menurut Kelian Adat atau kepala adat Putu Indrawan, ritual mecaru ini seyogyanya dijalankan oleh pemilik rumah. Dalam hal ini tentu saja, ibu angkat Angeline, Margareth atau yang dalam akte notaris tertulis sebagai Magriet Christina Megawe.
Sehubungan keadaan Margareth yang tengah ditahan terkait kasus penelantaran anak, maka warga berinisiatif melangsungkan upacara mecaru.
“Warga yang berinisiatif, karena kalau sampai upacara ini tidak dilakukan sebelum 12 hari ditemukan mayat Angeline, akan timbul masalah yang akan menimpa seluruh warga di sekitar rumah tinggal Angeline,” kata Putu sebagaimana dilansir Liputan6, Selasa (16/6/2015).
Dalam proses ritual mecaru, banten atau sesaji diletakkan di atas lubang tempat Angeline dikubur. Selepas itu, sesaji dibawa oleh pemangku adat ke sebuah pura persimpangan batu bolong atau pura kecil yang letaknya berdempetan di pojok utara rumah Margareth.
Di tengah kehikmatan upacara mecaru, tiba-tiba ada seorang warga yang kesurupan dan berteriak kesakitan.
“Waaaaa….. sakiiiiiiittttt,” teriakan salah satu warga laki-laki yang kesurupan saat mecaru, sebagaimana dilansir Detik, Selasa malam.
Tak hanya sampai di situ. Setelah teriakan seorang warga tersebut, seorang ibu mengambil boneka beruang berwarna merah muda dan meletakkannya di depan pura sambil mengantarkan Angeline untuk pulang.
“Nak..pulang ya nak ya..pulang ke Jawa,” kata perempuan itu sambil tersenyum.
Sementara itu, pelingsir atau sesepuh Banjar Kebon Kuri, Wayan Wiranata, menjelaskan upacara ini ditujukan untuk menetralisir wilayahnya dari suatu musibah dan pembersihan dari arwah-arwah yang masih tinggal di dalam rumah Margareth.
“Apalagi tanah yang dipakai untuk mengubur itu kan bukan tanah pemakaman, tanah pekarangan rumah dan tidak seharusnya jadi harus dinetralkan,” kata pelingsir Wayan Wiranata.
Menurut Wayan, selepas Pemlepeh Caru Panca Sata rencananya akan diadakan upacara Manceklud dan ritual ini harus dipuput oleh tiga sulinggih yaitu Resi, Siwa dan Budha. Upacara ini merupakan ritual puncak dalam upacara pembersihan tanah desa.
“Karena peristiwa Angeline ini termasuk kejahatan yang sadis jadi harus ada upacara pembersihan lebih tinggi,” jelas Wayan.
Senada dengan wayan, Putu mengatakan, Rabu (17/6/2015), dilakukan upacara yang lebih besar, dan akan membutuhkan biaya lebih besar.
“Besok upacara di perempatan jalan rumah Angeline, dan biayanya semua dari Banjar (kampung). Dengan kata lain uang gotong-royong,” jelas Putu sebagaimana dilansir Liputan6.
Sebelumnya, Angeline dikabarkan hilang oleh keluarga angkatnya pada 16 Mei 2015. Hampir sebulan kemudian, tepatnya pada Rabu (10/6/2015), Angeline ditemukan tak bernyawa dan terkubur di pekarangan belakang rumah ibu angkatnya, Margareth.
Setelah sepekan diperiksa tim forensik di Rumah Sakit Sanglah Denpasar, jasad Angeline dibawa pulang oleh orang tua aslinya ke Banyuwangi, Selasa sore. Jasad bocah perempuan delapan tahun itu langsung dimakamkan di TPU Tulungrejo, Banyuwangi, Jatim, Selasa malam setelah disalatkan oleh pemuka agama di Banyuwangi.
Labels:
Berita
Thanks for reading PEMBUNUHAN ANGELINE: Kisah Misteri Warga Kesurupan Saat Ritual Pembersihan Desa. Please share...!