Beberapa kali muncul di internet tentang Makkah sebagai Pusat Bumi. Perdebatan antara yang mendukung dan yang skeptis sudah muncul di beberapa tempat. Catatan ini ingin mencari jawaban untuk pertanyaan yang lebih mendasar: dari mana sebetulnya teori ini berawal? Pertanyaan ini perlu dijawab sebelum kepada kita ditawarkan apa yang disebut sebagai “bukti-bukti saintifik”, yang sampai sekarang tidak bisa diverifikasi kebenarannya. Imam Nawawi seorang ahli hadits mengingatkan: “Rantai informasi (sanad) itu bagian dari agama, dan kalau bukan karena sanad, maka orang akan bicara sembarangan tentang agama.” Catatan ini berniat mencari sanad Teori Ka’bah adalah Pusat Bumi.
Ini kutipan dari EJ Brill First Encyclopedia of Islam, 1927, 1993, Ka’ba, hal 590
Legenda tentang asal muasal Ka’bah sangat jelas mirip dengan pandangan kosmologi yang beredar di kalangan Kristen dan Yahudi di Timur, yang menjelaskan tentang kesucian Jerusalem. Tradisi muslim kemudian memindahkannya ke Makkah. Cerita-cerita tentang tempat suci ini dikelompokkan pada Teori Pusar (Navel Theory) yang idenya adalah sebagai berikut: Bumi punya sebuah pusar, yang fungsinya sama dengan pusar manusia. Pusar ini membentuk bumi dan diciptakan pertama kali sebelum yang lainnya diciptakan kemudian yang lain-lain mengembang dari dirinya. Pusar bumi ini juga titik tertinggi, menjadi tempat komunikasi bagi bagian atas dan bawah dunia. Pusar bumi ini juga menjadi tempat yang memberi nutrisi bagi dunia.
Pusar bumi ini pertama-tama Jerusalem, kemudian Makkah. Tetapi tidak semua unsur Pusar Bumi Jerusalem diterapkan secara sama dengan Makkah. Teori Makkah sebagai pusar bumi dapat diringkas sebagai berikut:
Sekitar 40, atau menurut yang lain 2000 tahun, sebelum penciptaan Bumi, Mekkah merupakan sebuah tumpukan materi (gutsa) di lautan. Awal penciptaan merupakan perluasan bumi di sekitar titik ini sebagai pusatnya dengan urutan sebagai berikut.
Setelah penciptaan substansi bumi (dalam hal ini pusarnya: Makkah), langit dibentuk, dan akhirnya disusul dengan pembentukan bumi itu sendiri. Yang dianggap cocok dengan teori ini adalah fakta bahwa dalam Qur’an sendiri Makkah disebut sebagai ibu kota-kota (Ummul Qura), juga dalam buku-buku populer tentang Pusar Bumi (mis.: Yakut, Mu’jam, iv, 278; Al-Khamis, i, 37; al-Halabi, i, 195)
Bahwa Makkah merupakan tempat tertinggi di dunia tidak cocok dengan ilmu pengetahuan. Tetapi tradisi populer Pusar Bumi ini tetap ingin masuk ke arah ini. Jadi, dalam kisah penciptaan dikatakanlah bahwa bumi mengembang di bawah tempat suci ini. Kosmografi semi-saintifik mengatakan bahwa posisi Ka’bah berhubungan dengan Pole Star (Bintang Kutub), dan karena bintang ini adalah titik tertinggi di langit, maka Ka’bah disimpulkan menjadi titik tertinggi di Bumi (Al-Kisa’i, ‘Ajaib Al-Malakuut). Pandangan ini mungkin terhubung dengan konsepsi langit dan bumi sebagai kubah yang bertumpuk satu sama lain yang tertulis pada buku-buku karangan muslim.
Pandangan bahwa tempat suci terhubung dengan surga di satu sisi dan dengan dunia rendah di sisi lain tidak begitu tegas dinyatakan terkait dengan Makkah dibanding untuk Jerusalem. Tetapi disebutkan bahwa tidak ada tempat lain di bumi ini yang lebih dekat dengan surga dibanding Makkah; dan di zaman Jahiliyah disebutkan bahwa orang-orang akan naik ke Abu Qubais untuk memanjatkan doa-doa yang khusus.
Apakah ruang kosong di dalam Ka’bah itu benar-benar dianggap sebagai pintu masuk ke dunia bawah sebagaimana Jerusalem dan Hierapolis, tidaklah jelas.
Tetapi satu ciri umum dunia bawah disebut dimiliki oleh Makkah. Makkah dianggap sebagai sebuah kuburan (tomb). Bukan hanya Ismail, tetapi semua nabi yang berjumlah ratusan, disebut dimakamkan di sekeliling Ka’bah. Semua Nabi adalah milik Mekkah. Secara esensial Mekkah adalah titik awal dan akhir karir kenabian. Muhammad, karenanya juga milik Makkah dan Makkah adalah kuburnya, kata para pengusung teori Pusar Bumi (Al-Halabi, i, 197), yang berlawanan dengan fakta bahwa beliau dimakamkan di Madinah.
Teori-teori ini yang bila kemudian diletakkan dalam kosmologi Islam yang menggambarkan alam semesta terdiri dari 7 lapisan langit dan 7 lapisan bumi akan menempatkan Ka’bah bukan lagi hanya sebagai pusar bumi, tetapi juga titik pusat pembentukan semesta. Fondasi Makkah, sebagaimana juga Abu Qubais terletak pada lapisan ketujuh bumi dan membentuk aksis (garis lurus) yang menembus seluruh lapis bumi ini.
Apa yang disebut tingkat-tingkat tersebut persis mirip satu sama lain. Setiap tingkat memiliki “ka’bah”-nya sendiri sebagai pusat, sehingga bila lapisan atas runtuh, ia akan jatuh tepat di Ka’bah yang yang ada di Bumi. Ka’bah tertinggi ada di Singgasana Tuhan. Ka’bah lain-lain yang berada di antara Ka’bah tertinggi dengan Ka’bah Bumi hanya dua yang disebutkan, yaitu Baitul Makmur yang namanya diambil dari Qur’an, dan Al-Durah. Literatur Yahudi sudah akrab dengan konsep tempat suci di langit di mana malaikat-malaikat bertindak sebagai pendeta. Dalam Islam, malaikat-malaikat ini disebutkan melakukan tawaf.
Legenda tentang asal muasal Ka’bah sangat jelas mirip dengan pandangan kosmologi yang beredar di kalangan Kristen dan Yahudi di Timur, yang menjelaskan tentang kesucian Jerusalem. Tradisi muslim kemudian memindahkannya ke Makkah. Cerita-cerita tentang tempat suci ini dikelompokkan pada Teori Pusar (Navel Theory) yang idenya adalah sebagai berikut: Bumi punya sebuah pusar, yang fungsinya sama dengan pusar manusia. Pusar ini membentuk bumi dan diciptakan pertama kali sebelum yang lainnya diciptakan kemudian yang lain-lain mengembang dari dirinya. Pusar bumi ini juga titik tertinggi, menjadi tempat komunikasi bagi bagian atas dan bawah dunia. Pusar bumi ini juga menjadi tempat yang memberi nutrisi bagi dunia.
Pusar bumi ini pertama-tama Jerusalem, kemudian Makkah. Tetapi tidak semua unsur Pusar Bumi Jerusalem diterapkan secara sama dengan Makkah. Teori Makkah sebagai pusar bumi dapat diringkas sebagai berikut:
Sekitar 40, atau menurut yang lain 2000 tahun, sebelum penciptaan Bumi, Mekkah merupakan sebuah tumpukan materi (gutsa) di lautan. Awal penciptaan merupakan perluasan bumi di sekitar titik ini sebagai pusatnya dengan urutan sebagai berikut.
Setelah penciptaan substansi bumi (dalam hal ini pusarnya: Makkah), langit dibentuk, dan akhirnya disusul dengan pembentukan bumi itu sendiri. Yang dianggap cocok dengan teori ini adalah fakta bahwa dalam Qur’an sendiri Makkah disebut sebagai ibu kota-kota (Ummul Qura), juga dalam buku-buku populer tentang Pusar Bumi (mis.: Yakut, Mu’jam, iv, 278; Al-Khamis, i, 37; al-Halabi, i, 195)
Bahwa Makkah merupakan tempat tertinggi di dunia tidak cocok dengan ilmu pengetahuan. Tetapi tradisi populer Pusar Bumi ini tetap ingin masuk ke arah ini. Jadi, dalam kisah penciptaan dikatakanlah bahwa bumi mengembang di bawah tempat suci ini. Kosmografi semi-saintifik mengatakan bahwa posisi Ka’bah berhubungan dengan Pole Star (Bintang Kutub), dan karena bintang ini adalah titik tertinggi di langit, maka Ka’bah disimpulkan menjadi titik tertinggi di Bumi (Al-Kisa’i, ‘Ajaib Al-Malakuut). Pandangan ini mungkin terhubung dengan konsepsi langit dan bumi sebagai kubah yang bertumpuk satu sama lain yang tertulis pada buku-buku karangan muslim.
Pandangan bahwa tempat suci terhubung dengan surga di satu sisi dan dengan dunia rendah di sisi lain tidak begitu tegas dinyatakan terkait dengan Makkah dibanding untuk Jerusalem. Tetapi disebutkan bahwa tidak ada tempat lain di bumi ini yang lebih dekat dengan surga dibanding Makkah; dan di zaman Jahiliyah disebutkan bahwa orang-orang akan naik ke Abu Qubais untuk memanjatkan doa-doa yang khusus.
Apakah ruang kosong di dalam Ka’bah itu benar-benar dianggap sebagai pintu masuk ke dunia bawah sebagaimana Jerusalem dan Hierapolis, tidaklah jelas.
Tetapi satu ciri umum dunia bawah disebut dimiliki oleh Makkah. Makkah dianggap sebagai sebuah kuburan (tomb). Bukan hanya Ismail, tetapi semua nabi yang berjumlah ratusan, disebut dimakamkan di sekeliling Ka’bah. Semua Nabi adalah milik Mekkah. Secara esensial Mekkah adalah titik awal dan akhir karir kenabian. Muhammad, karenanya juga milik Makkah dan Makkah adalah kuburnya, kata para pengusung teori Pusar Bumi (Al-Halabi, i, 197), yang berlawanan dengan fakta bahwa beliau dimakamkan di Madinah.
Teori-teori ini yang bila kemudian diletakkan dalam kosmologi Islam yang menggambarkan alam semesta terdiri dari 7 lapisan langit dan 7 lapisan bumi akan menempatkan Ka’bah bukan lagi hanya sebagai pusar bumi, tetapi juga titik pusat pembentukan semesta. Fondasi Makkah, sebagaimana juga Abu Qubais terletak pada lapisan ketujuh bumi dan membentuk aksis (garis lurus) yang menembus seluruh lapis bumi ini.
Apa yang disebut tingkat-tingkat tersebut persis mirip satu sama lain. Setiap tingkat memiliki “ka’bah”-nya sendiri sebagai pusat, sehingga bila lapisan atas runtuh, ia akan jatuh tepat di Ka’bah yang yang ada di Bumi. Ka’bah tertinggi ada di Singgasana Tuhan. Ka’bah lain-lain yang berada di antara Ka’bah tertinggi dengan Ka’bah Bumi hanya dua yang disebutkan, yaitu Baitul Makmur yang namanya diambil dari Qur’an, dan Al-Durah. Literatur Yahudi sudah akrab dengan konsep tempat suci di langit di mana malaikat-malaikat bertindak sebagai pendeta. Dalam Islam, malaikat-malaikat ini disebutkan melakukan tawaf.