Sudah menjadi kewajiban bagi semua orang untuk mengurus ibunya dikala usia mereka sudah tua renta. Namun apa yang dialami oleh seorang ibu yanag sudah nenek-nenek bernama Tetty ini sangat menyedihkan, mengharukan karena anak-anaknya justru menelantarkannya dan ia pun harus tidur di poskampling.
Ia memiliki 4 anak. 3 diantaranya adalah perempuan dan yang 1 adalah laki-laki. Namun, ketiga anak perempuannya yang justru tinggal dekat ibunya tersebut semua tidak peduli, mereka tega mencampakkan, menelantarkan dan bahkan menganiaya ibunya.
Kini, ibu yang terlantar tersebut hanya berharap segera bertemu dengan anak laki-lakinya yang sudah lama pergi merantau dan tak kunjung pulang. Bagaimana kisah selengkapnya? Silakan langsung saja di simak kisah sedih mengharukan seorang ibu yang ditelantarkan oleh anaknya berikut ini :
Perumahan Griya Rejo Indah PGRI di Dusun Japunan, Desa Danurejo, Kecamatan Mertoyudan, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, tak ubahnya sebagai sebuah permukiman dan perumahan umum biasa. Namun di pos keamanan lingkungan (poskamling) di RT 10 RW 18, tinggal seorang nenek renta.
Padahal, bangunan beratap seng dan tanpa penutup itu sangat jauh dari kata layak. Bersama dengan sang nenek, terdapat sejumlah bungkusan plastik kresek berikut sebuah kasur yang diikat serta dilapisi tikar.
Dengan ukuran bangunan 3 meter x 3 meter tersebut, Nenek Tetty (78), demikian panggilan akrab seorang ibu berumur 78 tahun itu, tak bisa berbuat banyak dalam melakukan aktivitas.
“Setiap hari saya tidur di sini. Kasurnya tidak saya pakai karena sayang takut kalau kotor karena atapnya bocor setiap hujan. Kalau mau mandi, buang air dan lainnya, saya ke masjid,” ujar Nenek Tetty di Magelang, Sabtu (21/3).
Saat muda, Nenek Tetty mengaku pernah menjadi distributor teh dan rokok merek ternama di Kota Magelang, Jawa Tengah.
Ketika ditanya alasannya tinggal di poskamling, Tetty secara perlahan dan lirih bercerita sambil meneteskan air mata. Nenek Tetty merasa telah dicampakkan dan diusir oleh anak-anaknya hingga terpaksa tinggal sendiri di poskamling.
Nenek Tetty sendiri memiliki empat anak kandung; tiga perempuan dan satu laki-laki. Sedangkan suaminya sudah meninggal sejak belasan tahun lalu.
“Anak-anak perempuan saya semuanya jahat, hanya anak saya laki-laki yang tidak. Saya maunya tinggal sama anak laki-laki saya,” kata Tetty sembari terisak.
Latar belakang dirinya sampai tinggal di bekas poskamling tersebut, Tetty mengaku selain terusir dan dicampakkan kedua anak perempuannya, juga mencari satu-satunya anak lelaki.
Dia kemudian mengenang masa jayanya beberapa tahun silam ketika menjadi agen teh merek terkenal, dan memiliki dua buah kios kelontong di Kota Magelang. Namun keadaan berbalik setelah musibah kebakaran melanda kios miliknya. Nenek Tetty bangkrut dan menjual rumahnya.
Namun nahas, uang hasil menjual rumah amblas ditipu seseorang. Nenek Tetty kemudian tinggal bersama satu-satunya anak laki-laki bernama Heru. Mereka mengontrak rumah di Perumahan Griya Rejo Indah.
Tetapi karena tidak mampu membayar biaya kontrakan, Nenek Tetty diusir. Sedangkan sang anak, Heru, pamit hendak mencari pekerjaan namun justru meninggalkannya entah ke mana.
“Setelah itu saya diantar ke rumah anak bungsu saya di Karanggading (Kota Magelang) tetapi saya enggak betah, saya disia-sia, saya dipukuli. Padahal seumur hidup, saya tidak pernah diperlakukan seperti itu, bertengkar dengan tetangga juga tidak,” ungkap Nenek Tetty.
Merasa tertekan dan tidak betah tinggal dengan anak bungsunya, Nenek Tetty lalu memutuskan untuk mencari Heru.
“Saya berharap bisa bertemu anak laki-laki saya (Heru), saya cuma cocok dengan dia, saya ingin bertemu dia. Heru… Ibu kangen kamu nak. Ke sini yah, ibu terlantar di sini!” ucap Nenek Tetty sambil menangis.
Tapi, sejak pamit hendak mencari kerja, warga tidak pernah mendengar kabar keberadaan Heru hingga sekarang. Karena kasihan, warga perumahan kemudian membiarkan Tetty tinggal setiap hari di bekas poskamling yang tidak dipakai.
“Di sini kalau siang sangat panas, kalau malam sangat dingin, atapnya bocor-bocor kalau hujan susah mas,” ujar Nenek Tetty.
Pembaca, itulah kisah ditelantarkan oleh Anak-anaknya, sebagaimana kami lansir dari laman Merdeka. Semoga kita semua dapat mengambil hikmah dibalik kisah nenek tetty yang sangat mengharukan ini. Salah satu kewajiban anak kepada orang tua adalah mengurusnya ketika ibu kita sudah renta, seperti halnya mereka mungurus kita saat kecil. Ingat…. surga dibawah telapak kaki ibu.
Ia memiliki 4 anak. 3 diantaranya adalah perempuan dan yang 1 adalah laki-laki. Namun, ketiga anak perempuannya yang justru tinggal dekat ibunya tersebut semua tidak peduli, mereka tega mencampakkan, menelantarkan dan bahkan menganiaya ibunya.
Kini, ibu yang terlantar tersebut hanya berharap segera bertemu dengan anak laki-lakinya yang sudah lama pergi merantau dan tak kunjung pulang. Bagaimana kisah selengkapnya? Silakan langsung saja di simak kisah sedih mengharukan seorang ibu yang ditelantarkan oleh anaknya berikut ini :
Perumahan Griya Rejo Indah PGRI di Dusun Japunan, Desa Danurejo, Kecamatan Mertoyudan, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, tak ubahnya sebagai sebuah permukiman dan perumahan umum biasa. Namun di pos keamanan lingkungan (poskamling) di RT 10 RW 18, tinggal seorang nenek renta.
Padahal, bangunan beratap seng dan tanpa penutup itu sangat jauh dari kata layak. Bersama dengan sang nenek, terdapat sejumlah bungkusan plastik kresek berikut sebuah kasur yang diikat serta dilapisi tikar.
Dengan ukuran bangunan 3 meter x 3 meter tersebut, Nenek Tetty (78), demikian panggilan akrab seorang ibu berumur 78 tahun itu, tak bisa berbuat banyak dalam melakukan aktivitas.
“Setiap hari saya tidur di sini. Kasurnya tidak saya pakai karena sayang takut kalau kotor karena atapnya bocor setiap hujan. Kalau mau mandi, buang air dan lainnya, saya ke masjid,” ujar Nenek Tetty di Magelang, Sabtu (21/3).
Saat muda, Nenek Tetty mengaku pernah menjadi distributor teh dan rokok merek ternama di Kota Magelang, Jawa Tengah.
Ketika ditanya alasannya tinggal di poskamling, Tetty secara perlahan dan lirih bercerita sambil meneteskan air mata. Nenek Tetty merasa telah dicampakkan dan diusir oleh anak-anaknya hingga terpaksa tinggal sendiri di poskamling.
Nenek Tetty sendiri memiliki empat anak kandung; tiga perempuan dan satu laki-laki. Sedangkan suaminya sudah meninggal sejak belasan tahun lalu.
“Anak-anak perempuan saya semuanya jahat, hanya anak saya laki-laki yang tidak. Saya maunya tinggal sama anak laki-laki saya,” kata Tetty sembari terisak.
Latar belakang dirinya sampai tinggal di bekas poskamling tersebut, Tetty mengaku selain terusir dan dicampakkan kedua anak perempuannya, juga mencari satu-satunya anak lelaki.
Dia kemudian mengenang masa jayanya beberapa tahun silam ketika menjadi agen teh merek terkenal, dan memiliki dua buah kios kelontong di Kota Magelang. Namun keadaan berbalik setelah musibah kebakaran melanda kios miliknya. Nenek Tetty bangkrut dan menjual rumahnya.
Namun nahas, uang hasil menjual rumah amblas ditipu seseorang. Nenek Tetty kemudian tinggal bersama satu-satunya anak laki-laki bernama Heru. Mereka mengontrak rumah di Perumahan Griya Rejo Indah.
Tetapi karena tidak mampu membayar biaya kontrakan, Nenek Tetty diusir. Sedangkan sang anak, Heru, pamit hendak mencari pekerjaan namun justru meninggalkannya entah ke mana.
“Setelah itu saya diantar ke rumah anak bungsu saya di Karanggading (Kota Magelang) tetapi saya enggak betah, saya disia-sia, saya dipukuli. Padahal seumur hidup, saya tidak pernah diperlakukan seperti itu, bertengkar dengan tetangga juga tidak,” ungkap Nenek Tetty.
Merasa tertekan dan tidak betah tinggal dengan anak bungsunya, Nenek Tetty lalu memutuskan untuk mencari Heru.
“Saya berharap bisa bertemu anak laki-laki saya (Heru), saya cuma cocok dengan dia, saya ingin bertemu dia. Heru… Ibu kangen kamu nak. Ke sini yah, ibu terlantar di sini!” ucap Nenek Tetty sambil menangis.
Tapi, sejak pamit hendak mencari kerja, warga tidak pernah mendengar kabar keberadaan Heru hingga sekarang. Karena kasihan, warga perumahan kemudian membiarkan Tetty tinggal setiap hari di bekas poskamling yang tidak dipakai.
“Di sini kalau siang sangat panas, kalau malam sangat dingin, atapnya bocor-bocor kalau hujan susah mas,” ujar Nenek Tetty.
Pembaca, itulah kisah ditelantarkan oleh Anak-anaknya, sebagaimana kami lansir dari laman Merdeka. Semoga kita semua dapat mengambil hikmah dibalik kisah nenek tetty yang sangat mengharukan ini. Salah satu kewajiban anak kepada orang tua adalah mengurusnya ketika ibu kita sudah renta, seperti halnya mereka mungurus kita saat kecil. Ingat…. surga dibawah telapak kaki ibu.