Kisah Pesugihan Telur Tembean

Senja itu suasana sekitar Kali Code di daerah Monjali, Yogyakarta terasa sepi. Rimbun pohon-pohon tua yang menjulang, gemuruh air yang mengalir, ditambah bau dupa yang menyengat menambah suasana terasa mencekam. Sesekali terdengar deru suara kendaraan dari seberang jalan Monjali. Diantara rimbunnya pohon-pohon tersebut, nampak seseorang sedang khusyu membacakan mantra di depan sesaji bunga liman dan telur tembean.

Telur tembean (atau telur tambeyan untuk sebutan di beberapa tempat) adalah telur ayam yang berasal dari ayam jawa (kampung) yang baru pertama kali bertelur. Ciri-ciri umum dari telur ini biasanya bentuknya lebih kecil dari telur ayam kampung pada umumnya. Pada telur biasanya juga terdapat noda berupa bercak-bercak darah yang berasal dari sang ayam karena luka akibat pertama kali mengeluarkan telurnya.


Telur tembean ini di mata orang awam sama saja seperti telur biasa yang enak untuk dimakan dan mempunyai nilai gizi tinggi. Namun di tangan seorang linuwih yang bertempat tinggal di daerah Monjali, Yogyakarta, telur tembean dapat digunakan sebagai sarana pesugihan putih. Beliau sanggup memohon kepada alam ghaib untuk mencari nomor hongkong, sehingga setelah dirituali, di dalam telur yang tadinya putih mulus terdapat sederet angka-angka yang harus dipasang oleh si pembawa telur. Hasil pasang nomor hongkong tersebut biasanya hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan yang mendesak seperti membayar hutang, biaya sekolah, dan sebagainya.

Sore itu penulis kedatangan seorang teman, Anis sebutlah namanya demikian, yang dengan berbinar-binar bercerita bahwa dia sangat bersyukur karena sudah berhasil membayar hutangnya kepada seorang rentenir. Hutang itu hampir membuat rumah tangganya berantakan karena setiap hari debt colector datang menagih ke rumahnya. Masalah yang terjadi pada akhirnya bukan hanya dengan penagih utang, tetapi juga dengan istrinya yang merasa malu, terhina, dan marah karena hidupnya menjadi merasa terancam akibat setiap hari didatangi para penagih utang. Menurut pengakuannya, entah berapa dukun, paranormal, spiritualis, ataupun apalah sebutannya yang telah dia datangi, tetapi hasilnya nol besar. Bahkan kalau dihitung-hitung cukup lumayan juga uang yang telah dia keluarkan baik itu untuk transportasi, bayar mahar, membeli uba rampe, dan lain sebagainya.

Tapi justru bantuan datang tidak disangkanya, oleh seorang tukang jamu dia di suruh menemui seseorang yang tinggal di seputar jalan Monumen Yogya Kembali. Awalnya Anis agak ragu untuk menemui orang tersebut, tetapi pada akhirnya dia memutuskan untuk mencoba datang. Cukup sulit juga menemukan alamat rumah tersebut karena harus melalui sebuah gang kecil diantara kompleks pertokoan yang cukup representatif. Namun dengan kegigihan dan tekad yang kuat akhirnya alamat tersebut berhasil di temukannya. Rumah sederhana berpagar bambu dengan pekarangan luas yang ditumbuhi pepohonan besar, tempat itulah yang di lihat anis sesuai dengan alamat yang diberikan oleh tukang jamu.

Seorang laki-laki tua, berpakaian sederhana keluar dari dalam rumah menemui anis dan setelah mempersilahkan duduk, dia menanyakan maksud kedatangan Anis. Setelah berbasa-basi mengenalkan diri, Anis mulai bererita tentang segala permasalahan yang saat ini sedang di hadapinya. Orang tua tersebut menyimak dengan seksama sambil sesekali nampak memejamkan mata untuk mendengarkan suara bathinnya. Setelah Anis selesai berceritera, dengan senyum ramah orang tua tersebut menasehati Anis untuk tetap terus tabah dan berusaha lebih keras lagi dalam menghadapi cobaan dan rintangan hidup. Pada intinya beliau menasehati bahwa roda akan terus berputar, tidak selamanya yang di bawah akan tetap di bawah, begitu juga sebaliknya. Dengan kita tetap berikhtiar dan berusaha maka roda yang tadinya di bawah akan bergerak menjadi di atas, seberapa cepat pergerakan roda itu, sangat tergantung pada seberapa keras ikhtiar dan usaha yang kita jalani.

Setelah sekian lama memberikan wejangan, akhirnya obrolan sampai pada cara tercepat yang bisa di tempuh agar Anis bisa membayar hutang-hutangnya. Harapannya adalah setelah berhasil menyelesaikan masalah hutangnya, pikiran Anis menjadi lebih tenang, keluarganya juga bisa harmonis lagi sehingga dia bisa lebih fokus dalam menjalankan pekerjaannya sehari-hari. Orang tua tersebut akhirnya mengusulkan pada Anis untuk mencoba menjalani Pesugihan Telur Tembean. Setelah Anis mengetahui tata cara, syarat, serta resiko yang akan dihadapinya, akhirnya Anis setuju untuk menjalani ritual tersebut.

Syarat yang harus dicari oleh Anis adalah telur tembean, bunga liman, serta dupa. Telur tembean sendiri pada saat mengambilnya tidak boleh bersentuhan langsung dengan tangan. Caranya adalah pada saat mengambil telur itu dari kandangnya tangan kita memakai sarung dari kantong plastik, lalu kita tinggal membalikkan kantong tersebut dari atas ke bawah, maka secara otomatis telur akan terbungkus kantong plastik tersebut. Bunga liman adalah bunga lima warna yang terdiri dari Mawar merah, Melati, Kenanga, Kanthil putih, dan Kanthil kuning. Dupa yang digunakan biasanya dupa gunung kawi merk buah thio. Syarat-syarat tersebut harus diserahkan sebelum maghrib karena untuk ritual ini waktu yang paling tepat pelaksanaannya adalah pas maghrib dan hasilnya bisa kelihatan pada saat isya.

Pengalaman tersulit yang di alami Anis selama mencari syarat yang harus dibawa adalah mendapatkan telur tembean. Bunga liman dan dupa relatif mudah mencarinya karena biasanya banyak dijual di kios-kios bunga. Karena kesulitan mendapatkan telur tembean, akhirnya Anis minta bantuan temannya untuk mencari. Salah seorang temannya sanggup mencarikan dan datang membawa telur yang katanya telur tembean. Walaupun dengan harga mahal untuk sebuah telur, akhirnya Anis membeli telur itu. Kemudian dia membeli syarat lainnya.

Setelah semua syarat lengkap, maka berangkatlah Anis membawa seluruh syarat tersebut. Sesampainya di rumah orang tua itu, semua syarat disimpan di satu wadah. Pas adzan maghrib berkumandang mulailah orang tua itu melaksanakan proses ritual di samping rumah beliau, sementara Anis hanya disuruh menunggu di beranda rumah.

Tak memakan waktu lama proses ritul selesai, orang tua itu kembali menemui Anis. Mereka ngobrol sambil menunggu waktu Isya tiba. Begitu Isya tiba, orang tua itu kembali meninggalkan Anis untuk mengambil telur yang sedang dirituali. Selang beberapa saat setelah telur di ambil tiba-tiba beberapa anak kecil yang kebetulan berada di sekitar tempat itu berdatangan sambil mengoceh dan berjalan menuju ke tempat ritual. Melihat itu orang tua tersebut melirik Anis sambil setengah marah dia berkata bahwa telur yang di bawa bukan telur tembean. Akibatnya adalah sang ghaib marah dan merasuki anak-anak kecil tersebut. Beruntunglah orang tua itu dapat menyembuhkan mereka-mereka yang kesurupan. Gagal lah proses ritual pertama karena Anis dibohongi temannya.

Berdasarkan pengalaman pertama tersebut, akhirnya Anis minta tolong saudara-saudaranya untuk mencarikan telur yang betul-betul telur tembean. Setelah beberapa hari akhirnya ada salah satu saudaranya yang datang membawa telur dan meyakinkan bahwa telur tersebut adalah telur tembean karena dia memelihara ayam sendiri. Maka dijalanilah proses ritual seperti pada proses pertama. Hasilnya adalah angka yang tercetak di telur tersebut kabur dan terputus-putus. Karena kabur dan terputus-putus, akhirnya Anis mencoba menebak-nebak angka yang muncul tersebut. Hasilnya adalah angka yang keluar tidak ada yang cocok karena angka 8 sepert angka 3, angka 6 seperti angka 0, angka 7 seperti angka 1 dan seterusnya. Gagal pula lah proses ritual kedua ini.

Selidik punya selidik ternyata pada saat telur itu di ambil, tidak memakai sarung tangan sehingga telur bersentuhan langsung dengan kulit tangan, itulah yang menyebabkan angka yang tercetak menjadi kabur dan terputus-putus.

Merasa penasaran akhirnya Anis datang sendiri ke rumah saudaranya yang beternak ayam tersebut. Dia berpesan kalau ada ayam yang baru pertama bertelur tolong diamkan saja dan panggil Anis. Saudaranya menyanggupi permintaan Anis tersebut. Mungkin karena memang rezekinya sudah sampai, besoknya ada salah satu ayam yang bertelur. Anis dengan penuh harap mengambil telur tersebut memakai sarung plastik dan membawanya langsung ke Monjali.

Setelah proses ritual selesai, tercetaklah empat angka yang cukup rapi dan jelas di balik kulit telur tersebut. Masalah muncul pada saat dia mau memasang angka, uang yang dia miliki tinggal 20 ribu rupiah saja. Mau pinjam ke teman atau saudara tidak diperbolehkan oleh orang tua itu, Anis hanya boleh pasang sesuai dengan uang yang dia miliki saja. Akhirnya Anis memutuskan untuk pasang sebesar 10 ribu rupiah, sementara sisa nya untuk membeli bensin dan rokok bekal pulang.

Pagi hari setelah mandi Anis menelpon agen, dan bergetarlah tangannya yang memegang HP karena nomor yang dia pasang betul-betul keluar baik angka maupun urutannya. Hitung punya hitung, uang yang dia dapatkan hanya ada sisa 1 juta rupiah setelah dikurangi hutang-hutangnya. Ketika Anis kembali ke Monjali dan menceriterakan semuanya, orang tua itu hanya tersenyum sambil mengajak bersyukur karena beban berat Anis telah dapat terselesaikan. sumber: majalah-misteri

Labels: Misteri, Mistis

Thanks for reading Kisah Pesugihan Telur Tembean. Please share...!

Back To Top